ircicaarchdata.org – Ketegangan yang meningkat antara Israel dan Iran diperkirakan akan berdampak pada ekonomi global, termasuk Indonesia. Eskalasi konflik ini dapat memicu kenaikan harga minyak dunia, yang berpotensi memberatkan beban subsidi energi di Indonesia.
Kenaikan Harga Minyak dan Ketidakpastian Ekonomi
Menurut Eisha Maghfiruha, kepala Center of Digital Economy and SMEs Indef, terdapat kemungkinan kenaikan harga minyak mencapai sekitar $90 per barel. Mengingat ketidakpastian eskalasi konflik, industri energi dan pangan dapat mengalami lonjakan harga sebagai akibat dari instabilitas regional.
Implikasi bagi Subsidi Energi dan Sektor Manufaktur
Sebagai negara yang bergantung pada impor minyak, Indonesia menghadapi risiko peningkatan beban subsidi pemerintah. Sektoral, industri manufaktur yang mengandalkan bahan baku impor dapat terkena dampak dari fluktuasi harga dan pasokan yang terganggu oleh konflik, terutama di jalur strategis seperti Selat Hormuz.
Risiko pada Rantai Pasokan dan Logistik
Konflik yang mempengaruhi jalur pelayaran utama dapat menyebabkan gangguan signifikan pada rantai pasokan. Eisha memperingatkan tentang risiko logistik yang memanjang dan biaya yang meningkat, yang dapat mempengaruhi industri manufaktur yang tergantung pada input impor.
Potensi Percepatan Adopsi Energi Terbarukan
Di sisi lain, kenaikan harga minyak mungkin memiliki efek samping yang menguntungkan dengan mendorong Indonesia untuk mempercepat transisi ke energi terbarukan. Hal ini dapat mengurangi ketergantungan jangka panjang terhadap bahan bakar fosil dan mendukung adopsi sumber energi yang lebih bersih.
Ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran menimbulkan tantangan ekonomi bagi Indonesia, dari meningkatnya subsidi energi hingga gangguan di sektor manufaktur. Namun, situasi ini juga membuka peluang untuk mempercepat transisi energi nasional menuju sumber yang lebih berkelanjutan. Kebijakan strategis dan adaptasi industri diperlukan untuk menavigasi antara risiko dan peluang yang timbul dari dinamika regional ini.